Merajut Mimpi Mengukir Asa
Penulis: Ustadz Muhammad Yassir, Lc (Dosen STDI Jember)
Di bawah bayangan ka’bah, berkumpullah empat orang pemuda. Mereka adalah Mush’ab bin Zubair, Urwah bin Zubair, Abdullah bin Zubair, dan Abdullah bin Umar. Mereka saling bertanya satu sama lain, dengan berkata: “Coba sebutkan angan-anganmu kalian”.
Maka satu persatu dari mereka menyebutkan yang paling diinginkannya.
Abdullah bin Zubair berkata: “Aku ingin menjadi khalifah.”
Urwah bin Zubair berkata: “Sedang aku ingin menjadi seorang ulama.”
Mush’ab bin Zubair tak mau kalah, ia pun berkata: “Kalau aku, aku ingin menjadi gubernur Irak, lalu mempersunting A’isyah binti Thalhah dan juga Sukainah binti Husaen.”
Sedangkan Abdullah bin Umar mengatakan: “Yang aku inginkan adalah ampunan Allah Ta’ala.”
Walhasil, sejarah telah mencatat record perjalanan hidup mereka. Ternyata semuanya berhasil mencapai impian mereka.
Abdullah bin Zubair pernah menjadi khalifah; Urwah bin Zubair terkenal sebagai satu dari tujuh orang ulama Madinah (fuqaha Madinah As Sab’ah); Mus’ab bin Zubair juga bisa menduduki jabatan tertinggi di profinsi Irak serta mempersunting dua gadis idamannya; Sedangkan untuk Abdullah bin Umar, keinginan beliau baru dapat dipastikan di alam sana, semoga Allah Ta’ala melimpahkah ampunanNya kepada beliau sesai seperti harapannya. (kisah ini diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam kitab Hilyah)
Kisah di atas, menceritakan empat sekawan yang merupakan generasi awal umat ini, mereka masih berada di masa terbaik dari perjalanan sejarah Islam.
Dua orang sahabat Nabi dan dua tabi’in ini saling mengungkapkan angan-angan ke sesama mereka. Ternyata, tidak ada salahnya kita berangan-angan dan bermimpi.
Mimpi
Mimpi yang dihasilkan dalam pejaman mata disebut sebagai bunga tidur. Ia datang tidak diundang, perginya pun tanpa pamitan. Seringnya mimpi itu tidak sesuai dengan yang kita angankan. Yah, namanya juga mimpi. Setelah terbangun, semua pergi, entah esok ia akan kembali?
Namun, mimpi yang ingin kita bicarakan disini bukanlah mimpi berrupa bunga tidur, karena kita bukan sedang berdiskusi menguak tabir mimpi.
Tapi, mimpi yang kita maksudkan adalah mimpi di siang bolong, yang muncul dengan mata melotot dan jiwa terbangun. Terserah anda menamakannya apa? Angan-angan, cita-cita, visi, harapan atau apa saja sebutannya. Yang jelas ia masih mimpi, belum terwujud di saat ini.
Tidak ada larangan untuk bermimpi
Selama mimpi itu masih dalam kontek “cita-cita”, tidak keluar dari batas kodrat manusia. Maka silahkan berkreasi. Walaupun menurut pandangan orang lain ini adalah suatu kemustahilan.
Mimpi itu gratis, semua orang bebas untuk bercita-cita dan merajut harapan. Kalau memang demikian, mengapa masih ada yang takut untuk bermimpi? Mengapa ada yang takut untuk menggantung cita-cita setinggi-tingginya?
Silahkan mulai sekarang,pasang visi dalam mainset kita masing-masing, yang menjadi visi arah usaha kita
Agama islam tidak melarang umatnya untuk merajut mimpi. Kita dibolehkan beramal untuk dunia selama hukumnya halal. Kita dibolehkan berencana menyusun masa depan. Bahkan diperintahkan, hendaknya yang kita susun di dunia ini bisa menjadi amalan jariah sebagai investasi kita di akhirat.
Fokuskan cita-cita
Pernahkah ketika anda dulu ditanya apa cita-cita anda, anda menjawab “hidup bahagia” atau “berguna bagi agama dan negara”.
Jawaban ini ada benarnya dan ada kurangnya. Benar, bahwa semua orang ingin hidup bahagia. Tapi cita-cita yang kita maksudkan adalah jalan yang lebih spesifik uantuk menuju ke kebahagiaan itu.
Empat sekawan di kisah di atas, tiga orang di antaranya telah memutuskan cita-cita yang lebih spesifik. Hanya seorang di antara mereka memilih cita-cita yang bersifat global.
Tujuan menfokuskan cita-cita adalah agar kita tahu jalan yang akan kita tempuh; kursi yang akan kita duduki; dan kereta apa yang akan kita naiki.
Kalau kita bercita-cita jadi dokter, sudah tentu fakultas kedokteran yang harus dipilih.
Kalau mau jadi arsitek, kuliahnya pasti di jurusan arsitektur.
Mau jadi bidan, pastinya di akademi kebidanan pendidikannya.
Dan begitulah seterusnya.
Jangan hanya diam setelah bermimpi
Mimpi akan tetap jadi mimpi kosong belaka, bila tidak ada gerakan nyata dari tubuh kita. Ia akan selalu jadi bunga tidur kalau kita tidak beranjak dari kasur.
Kerja…..kerja…..kerja….. itulah yang harus diwujudkan setelah mimpi kita rangkai.
Rasulullah pernah menumbuhkan harapan besar dalam dada para sahabatnya. Beliau pernah menjajikan harta benda negara Romawi dan Persia akan dikuasai oleh kaum muslimin. Harapan ini pun disambut ejekan oleh orang munafik. Seperti itulah sikap munafik, pada dasarnya mereka memang tidak beriman pada Rasulullah apalagi percaya pada janji beliau itu.
Akan tetapi, kaum mukmin yang teguh keimanannya. Mereka yakin bahwa janji Allah Ta’ala dan RasulNya akan menjadi nyata. Tapi janji dan harapan itu harus dikejar, diraih bukan ditunggu turun dari langit dengan berleha-leha.
Usaha untuk itu pun dipompa dari raga kaum muslimin. Dengan Jihad fi Sabilillah; berani mengorbankan harta dan nyawa, akhirnya sejarah telah menoreh bahwa Islam pernah menguasa dua negara adidaya kala itu, yaitu Romawi dan Persia di masa khilafah Umar bin Khattab.
Intinya, bercita-citalah setinggi-tingginya, lalu berusahalah semaksimal mungkin untuk meraihnya:
Rasulullah bersabda:
أَحَبُّ الأَسْمَاءِ إِلَى اللَّهِ عَبْدُ اللَّهِ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ وَأَصْدَقُهَا حَارِثٌ وَهَمَّامٌ
Nama yang paling dicintai Allah Ta’ala adalah, Abdullah dan Abdurrahman. Dan Nama yang paling jujur adalah, Harits dan Hammam” (HR. Abu Daud)
Makna Harits adalah, orang yang bekerja atau berusaha.
Sedangkan makna Hammam adalah, Orang yang punya cita-cita.
Oleh karena itu, dua nama itu disebut-sebut nama paling tepat diberikan nama untuk manusia. Karena, setiap manusia pasti punya angan-angan, harapan dan cita-cita, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Dan juga, mereka punya usaha untuk mencapai harapan itu
Saudaraku:
Sudah banyak orang yang memulai kesuksesannya dengan mimpi….
Tapi, tidak di situ mereka berhenti….
Mereka terus mencari jalan untuk memulai……
Membabat alas dan menembus duri….
Bahkan tak jarang berhadapan dengan cemoohan dan caci maki…..
Namun, untuk mencapai cita-cita, semua itu tidak mereka peduli…..
Karena visi mereka bukanlah “aku yang sekarang” tapi “saksikanlah aku di hari nanti”
PengusahaMuslim.com didukung oleh .
Dukung Yufid dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR.
- SPONSOR hubungi: 081 326 333 328
- DONASI hubungi: 087 882 888 727
- Donasi dapat disalurkan ke rekening: 4564807232 (BCA) / 7051601496 (Syariah Mandiri) / 1370006372474 (Mandiri). a.n. Hendri Syahrial